Rabu, 24 Desember 2008

Integritas

Guys...kemarin gw belajar mengenai "INTEGRITAS" di mata kuliah Akuntansi Pemerintahan, sebenernya yang bikin aku tertarik untuk memosting tentang ini adalah, sebenernya seberapa besar sih Integritas itu mesti ditanamkan di diri kita, dan seberapa hebat sih dampak dari Integritas itu sendiri? dan sampe akhirnya ketemu sebuah cerita, artikel dari postingan lama yang dikirim oleh teman gw Desti, ceritanya tentang seorang ayah dan kedua anaknya, begini ceritanya :


"AYAH janji ya besok minggu kita jalan-jalan, " demikian janji Radit
terhadap kedua anaknya yang masih kecil, Siska dan Rani bukan Mba Rani Upline ku ya :D .
Ketika hari
Minggu datang, tiba-tiba saja rekan bisnis Radit mengajaknya bertemu
untuk membicarakan prospek bisnis yang akan coba mereka rintis.
Melihat peluang bisnis di depan mata, Radit pun tergiur. Akhirnya
Radit menyepakati bertemu dengan temannya dan mengorbankan hari
Minggu yang telah dijanjikan kepada anaknya. Radit mencoba berkilah
dihadapan anak-anaknya, dengan mengatakan bahwa ia mendadak
dipanggil bosnya. Siska dan Rani pun menjadi kecewa.

Masalahnya adalah Radit beberapa kali berjanji kepada anaknya untuk
mengajaknya jalan-jalan di hari raya, pergi berlibur atau membelikan
mainan, tetapi seringkali ia malah menciderai janjinya sendiri.
Alasannya pun beragam, mulai dari pekerjaan kantor yang tak bisa
ditinggalkan, urusan bisnis, hingga pertemuan dengan teman lama.
Untuk menjelaskan janji yang tidak ditepatinya, kadang Radit harus
berbohong, demi menentramkan anak-anaknya agar tidak ngambek.

Apa yang dilakukan Radit jelas membuat kecewa anak-anaknya.

Dan pada akhirnya, alasan apapun yang diberikan oleh Radit, tidak dapat

diterima dengan baik oleh sang anak. Karena memang Radit lebih
sering tidak menepatinya. Dalam beberapa kali janji yang tidak
dipenuhi, Radit tidak hanya berbohong, tapi juga tidak konsisten.
Komitmen Radit pun patut dipertanyakan. Radit jelas telah
mengorbankan integritas dirinya sendiri sebagai seorang ayah di
depan anak-anaknya. Integritas? Betul, sekarang kita bicara mengenai
integritas.

Integritas berasal dari bahasa Inggris, integrity, yang diartikan
sebagai `the state of being honest, up right and sincere'. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas diartikan sebagai
keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur, dan dapat dipercaya. Makna
yang lebih luas, integritas dapat pula berarti bersikap jujur,
menjaga komitmen dan berperilaku konsisten.

Bicara integritas, umumnya terkait dengan kepemimpinan. Integritas
memang mutlak diperlukan dalam kepemimpinan. Penelitian yang
dilakukan oleh James M. Kouzes dan Barry Z. Posner membuktikan hal
itu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa integritas merupakan modal
utama seorang pemimpin. Penelitian yang dilakukan Kouzes dan Posner
melibatkan ribuan orang dari seluruh dunia. Hampir sebagian besar
responden menjawab, integritas diidentifikasi sebagai karakter yang
mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Integritas sejatinya tak hanya dimiliki oleh seorang pemimpin
formal, seorang pemimpin dalam pemerintahan dan juga perusahaan.
Integritas dalam lingkup yang lebih kecil, sangat dibutuhkan dalam
kehidupan berkeluarga. Dalam keluarga, seorang ayah sejatinya juga
merupakan seorang pemimpin. Begitupula peran penting sang ibu,
ketika sang ayah tidak berada di rumah. Ya, orangtua adalah pemimpin
untuk anak-anaknya.

Lantas, bagaimana menanamkan integritas pada anak sehingga mereka
dapat bersikap jujur, menjaga komitmen dan berperilaku konsisten?
Kuncinya tentu saja ada pada orangtua.

Menurut Ayah Edy, penulis buku 'Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan
Susah Diatur, 37 Kebiasaan Orangtua yang Menghasilkan Perilaku Buruk
pada Anak', anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji.
Anak akan sangat menghormati orang yang menepati janji, baik janji
untuk memberi hadiah atau janji untuk memberi sanksi. Oleh karena
itu, berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidik anak.
Konsisten merupakan kesesuaian antara yang dinyatakan dan tindakan.
Demikian dituturkan oleh Ayah Edy dalam bukunya, yang menempatkan
satu poin kebiasaan buruk orangtua dalam mendidik anak ialah ucapan
dan tindakan yang tidak sesuai.

Keteladanan orangtua, baik ayah dan ibu, yang paling dibutuhkan
seorang anak adalah integritasnya. Dalam arti, bersikap jujur
terhadap anak dan melaksanakan apa yang diucapkan sama dengan apa
yang dilakukan. Orangtua yang memiliki integritas tentu akan
dihormati oleh anak-anaknya. Hal itu akan membekas terus hingga sang
anak tumbuh dewasa. Sebaliknya, orangtua yang kurang atau tidak
memiliki integritas, akan sulit untuk mendidik anaknya dengan baik.
Jika sang orangtua malah menggunakan kekerasan dalam mendidik anak,
hal ini akan berdampak buruk bagi anak. Anak akan meniru tindakan
orangtua yang suka melakukan kekerasan.

Nah terlihat, bahwa integritas orangtua memegang peranan penting
dalam mendidik anak. Orangtua yang baik memahami bahwa integritas
dalam bentuk keteladanan merupakan sebuah alat yang ampuh dan
efektif dalam mendidik anak. Orangtua yang baik tentu menyadari
bahwa anak-anak mereka memperhatikan betul ucapan dan tindakannya.
Dan bahwa integritas dalam bentuk keteladanan yang diberikan,
berdaya pengaruh jauh lebih hebat dibandingkan bila sang orangtua
hanya mengkhotbahkannya.

Berilah teladan yang baik kepada anak. Bila ingin berjanji, pikir-
pikirlah dahulu. Harus dilihat, apakah kita nantinya sanggup
menepatinya atau tidak. Jangan terlalu mudah pula mengumbar janji.
Bila akhirnya kita tidak dapat menepati janji tersebut, mintalah
maaf dan berikan alasan yang jujur kenapa kita tidak dapat
menepatinya. Tanyakanlah apa yang dapat dilakukan untuk mengganti
janji itu. Dan berlakulah konsisten. Bila janji yang tidak ditepati
diganti dengan janji lain, segera tunaikan janji tersebut.

Bila integritas yang baik tidak dapat dicontohkan oleh orangtua
kepada anak-anaknya, hal ini akan berakibat fatal. Anak-anak memang
tidak pernah menjadi pendengar yang baik atas nasehat orangtuanya,
tapi percayalah, mereka tidak pernah gagal meniru. (081208)

Sumber: Integritas oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

"Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar yang baik atas nasehat
orangtuanya, tapi mereka tidak pernah gagal meniru."
-- Eleanor Farjeon, penulis cerita anak asal Inggris

hmmm seperti para Downline gw adalah anak-anak gw tercinta, meski umurnya jauh lebih tua dari gw ya :D
tapi ini adalah amanah buat gw, untuk terus mencoba memberikan terbaik sebagai upline, dan berusaha yang terbaik sebagai contoh :D tua bener kata-katanya... tapi amanah harus di jaga, karena kita smua memang sedang berusaha untuk meraih mimpi bersama oriflame

0 komentar:

 

©2009 Diary Aprie.... | by TNB